Alhasil, biarpun mereka mencoba warna lain tetap saja
akan kembali lagi ke karya-karyanya Rolling Stones.
Tapi sayang kemudian band ini dibubarkan. Bimo Setiawan atau lebih dikenal dengan sebutan Bimbim tetap bertekad untuk bermusik.
Lalu bersama dua orang saudaranya Denny dan Erwan, ia membentuk Red Evil. Berbeda konsep dengan CSC, Red Evil mulai menyisipkan karya sendiri ketika mereka tampil membawakan karya-karyanya Van Halen.
Tapi sayang kemudian band ini dibubarkan. Bimo Setiawan atau lebih dikenal dengan sebutan Bimbim tetap bertekad untuk bermusik.
Lalu bersama dua orang saudaranya Denny dan Erwan, ia membentuk Red Evil. Berbeda konsep dengan CSC, Red Evil mulai menyisipkan karya sendiri ketika mereka tampil membawakan karya-karyanya Van Halen.
Lahirnya Slank
Merasa nggak puas dengan satu gitaris, Bimbim pun
mengajak serta Bongky yang saat itu tercatat sebagai gitaris Reseh Band. Namun
kedatangan Bongky di Red Evil membuat mundur gitaris yang akan didampinginya.
Penampilan mereka yang terkesan asal-asalan kadang urakan membuat mereka kerap
disebut slenge’an oleh teman-temannya. Mulai saat itulah Red Evil pun berubah
nama menjadi Slank dengan formasi awal, Bimbim, Erwan (vokal), Bongky (gitar),
Denny (bas) dan Kiki (gitar). Sejak itu pula, rumah Bimbim di Jl. Potlot III/14
Pancoran, Jakarta Selatan dijadikan tempat ngumpul alias markas kelompok Slank.
Melihat Slank yang tidak menunjukkan tanda-tanda
kemajuan Erwan pun memutuskan untuk serius kuliah di Bali. Posisi Erwan lantas
digantikan Uti dan Lala. Tapi tak lama, Well Welly yang dulu menjadi vokalis
CSC masuk menggantikan. Formasi Slank terus berubah hingga menjadi solid ketika
Bimbim dan Bongky merekrut Kaka (vokal), Pay (gitar) dan Indra Q. (kibor).
Mereka kemudian memutuskan serius di jalur musik mereka dan mencari jalur untuk
rekaman. Adalah Indra Q. yang berhasil menemukan Slank dengan Budhi Soesatio.
Setelah mendengar demo yang disodorkan, Budhi yakin
musik Slank akan disukai. Apalagi mereka berani menampilkan warna musik yang
berbeda. Dari pop, rock, sampai etnik. “Saya pikir grup ini bakal memiliki daya
hidup yang lama”, tutur Budhi saat itu. Tak disangka album Suit-Suit… Hey Hey…
(Gadis Sexy) yang menampilkan hits Memang dan Maafkan ini meledak. Bahkan dalam
ajang BASF Award tahun 1991, mereka memperoleh predikat “Pendatang Baru
Terbaik”.Sejak itu, jadwal manggung Slank sangat padat, tidak hanya sebatas
Pulau Jawa dan Bali saja tapi juga dari Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi.
Fans Fanatik
Perkiraan Budhi Soesatio akan grup ini ternyata benar,
pangsa pasar yang dibidik Slank tepat dan memiliki kefanatikan tersendiri.
Lirik lagu mereka dianggap simbol dari pemberontakan generasi muda terhadap
nilai-nilai kemapanan. Oleh karena itu, markas mereka di Jl. Potlot 14 sering
disatroni para penggemar Slank atau akrab disebut Slankers.Tak hanya Slankers
yang kerap datang ke tempat ini, tapi juga dari kalangan musisi. Tempat ini
kemudian jadi seperti sebuah komunitas, karena dari tempat ini banyak lahir
musisi-musisi muda. Alumnus gang Potlot antara lain Imanez, Anang, Kidnap
Katrina, Alm. Andi Liani, Oppie Andaresta dan Flowers.
Sayang, formasi solid ini pun ternyata harus pecah.
Pay, Bongky dan Indra memutuskan hengkang karena adanya ketidak puasan rehadap
masalah manajemen. Ketiganya lantas bergabung dan membentuk band bip. Tiga
personel baru, yakni Abdee (gitar), Ridho (gitar) dan Ivanka (bas) masuk
mengisi kekosongan formasi Slank. Kehadiran mereka, bisa dibilang membawa
perubahan besar bagi Slank. Selain lebih semangat bermusik, penampilan Slank
pun mulai berubah. Bagi Bimbim dan Kaka, tiga personil baru ini membawa gairah
yang baru.Dengan formasi baru (formasi 14) dan di bawah naungan Bunda Iffet,
kini Slank telah melahirkan sembilan album. Setelah Lagi Sedih muncul Tujuh
(1998), dan lalu Mata Hati Reformasi (1999).
Lima album pertama mereka adalah Suit Suit Hey Hey
(1990), Kampungan (1991), Slank 3 (1993), Generasi Biru (1995), dan Minoritas
(1996).
Album-album yang diproduksi sebagian besar oleh Virgo
Ramayana Record dan Slank Records itu dilengkapi The Best Slank 1-5, A Mild
Live (1999) dan VCD album 99+09. Seluruh album Slank laku di atas 200 ribu.
Album Tujuh mencatat penjualan tertinggi, 600 ribu keping.
Predikat supergrup memang pantas mereka terima. Selain
angka penjualan yang fantastis, Slank juga memiliki jumlah penggemar yang amat
luas. Jumlah Slankers, penggemar fanatik Slank, mencapai jutaan orang. Mereka
tersebar di 20 kota, bahkan ke beberapa negara.
Fans yang memegang kartu anggota saja ada sekitar 20
ribu orang. Malah, menurut Bens Leo, seorang pengamat musik, Slankers fanatik
bisa mencapai 50 ribu.
“Slank kelak bakal jadi LSM dengan jumlah anggota yang
besar,” kata Bimbim.
Komunitas Potlot juga melahirkan penyanyi dan musisi
yang sukses. Mereka antara lain Oppie Andaresta, Anang, Imanez, Nita Tilana,
Welly, Ecky Lamoh, dan tentu Pay, Indra Q, dan Bongky yang banyak mempromosikan
grup baru
setelah cabut dari Slank usai album ke-5, Minoritas.
Mereka kini mendirikan BIP, yang warna musiknya masih kental dengan warna
Slank.
Boedi Soesatio bercerita, pertemuannya dengan Slank
bermula ketika kepincut pada demo lagu yang dibawa oleh anak sahabatnya, Yudho
(suami Titi Qadarsih) pada 1989.
Bagi pembuat logo dan sampul kaset itu, lagu yang
dibawa oleh Indra Qadarsih itu ibarat mutiara yang belum digosok.
“Mereka membawa pembaruan di blantika musik rock
Indonesia lewat lirik yang apa adanya,” tutur Boedi.
Apalagi, Boedi menilai, saat itu pasar kaset sedang
jenuh. Pop cengeng juga sudah jenuh. Inilah momentum. Kebetulan pembuat sampul
album Nike Ardila itu juga tak asing dengan Pay, yang pernah kerja bareng.
Strategi pun digarap. Boedi dan anggota Slank –
Bimbim, Kaka, Pay, Bongky, dan Indra – menyatukan pendapat. “Kami sepakat untuk
tidak sepakat.”
Mereka beradu argumen setelah lagu selesai digarap.
Salah satu hasilnya adalah lirik lagu yang dinilai agak jorok agar diganti,
seperti lagu Kupu-kupu Malamku menjadi Maafkan. Setiap personel Slank dinilai
memiliki musikalitas yang tinggi.
“Soal menyanyi, fals sedikit boleh-boleh saja daripada
harus mematuhi patron yang tepat,” katanya.
Bimbim kuat karena memiliki touch Rolling Stones.
“Indra, Bongky, dan Pay meski nggak nge-Stones, punya peran yang tak kalah
kuat. Indra memberi renda, begitu pula Bongky. Pay yang memberi kancingnya,”
katanya.
Inti dari kekuatan Slank, menurut Boedi, adalah pada
cara ungkap lirik dan tema yang mereka tawarkan sangat akrab dengan lingkungan
sehari-hari. Hit-hit seperti Maafkan, Mawar Merah, Makan Nggak Makan Asal
Kumpul, Orkes Sakit Hati, Bang Bang Tut, Nagih, Naik-naik ke Puncak Gunung,
Tong Kosong, Siapa yang Salah, Balikin, bertutur tentang kehidupan sehari-hari
yang apa adanya.
“Mereka bisa menjadi corong dan mewakili anak muda.
Mereka bakal menjadi perwakilan unek-unek. Slank bakal menjadi gaya hidup,”
ujar Boedi.
Dengan sejumlah kekuatan yang dimiliki Slank, slogan
Slank adalah anak muda yang slenge’an, tapi punya sikap pun ditawarkan. Logo
pun dibuat maskulin, yakni kupu-kupu besi dengan desain warna biru sebagai
ikon.
Karena diprediksi bahwa Slank bakal menjadi gaya
hidup, mereka menyebarkan angket, meluncurkan stiker, pin, kaos, rantai,
sekaligus untuk memelihara fans. Inilah yang akhirnya melahirkan Pulau Biru.
Wadah manajemen Slank, yang sekarang dipegang oleh Bunda Iffet Sidharta.
Slank kemudian terbukti menjadi gaya hidup. Para
Slankers meniru habis penampilan Slank. Kaos ketat yang ngatung. Dompet di saku
kanan belakang yang terikat rantai ke pinggang. Kalung dengan liontin logo
Slank berbentuk kupu-kupu.