Boografi Slank

Awalnya adalah terbentuknya Cikini Stones Complex (CSC), cikal bakal Slank pada Desember 1983. Kenapa Cikini Stone Complex? Karena awalnya band ini terdiri dari anak-anak SMA perguruan Cikini. Di band inilah Bimo Setiawan (dram), Boy (gitar), Kiki (gitar), Abi (bas), Uti (vokal) dan Well Welly (vokal) mengekspresikan kesukaan mereka terhadap karya-karya Rolling Stones.
Alhasil, biarpun mereka mencoba warna lain tetap saja akan kembali lagi ke karya-karyanya Rolling Stones.

Tapi sayang kemudian band ini dibubarkan. Bimo Setiawan atau lebih dikenal dengan sebutan Bimbim tetap bertekad untuk bermusik.




Lalu bersama dua orang saudaranya Denny dan Erwan, ia membentuk Red Evil. Berbeda konsep dengan CSC, Red Evil mulai menyisipkan karya sendiri ketika mereka tampil membawakan karya-karyanya Van Halen.
Lahirnya Slank
Merasa nggak puas dengan satu gitaris, Bimbim pun mengajak serta Bongky yang saat itu tercatat sebagai gitaris Reseh Band. Namun kedatangan Bongky di Red Evil membuat mundur gitaris yang akan didampinginya. Penampilan mereka yang terkesan asal-asalan kadang urakan membuat mereka kerap disebut slenge’an oleh teman-temannya. Mulai saat itulah Red Evil pun berubah nama menjadi Slank dengan formasi awal, Bimbim, Erwan (vokal), Bongky (gitar), Denny (bas) dan Kiki (gitar). Sejak itu pula, rumah Bimbim di Jl. Potlot III/14 Pancoran, Jakarta Selatan dijadikan tempat ngumpul alias markas kelompok Slank.
Melihat Slank yang tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan Erwan pun memutuskan untuk serius kuliah di Bali. Posisi Erwan lantas digantikan Uti dan Lala. Tapi tak lama, Well Welly yang dulu menjadi vokalis CSC masuk menggantikan. Formasi Slank terus berubah hingga menjadi solid ketika Bimbim dan Bongky merekrut Kaka (vokal), Pay (gitar) dan Indra Q. (kibor). Mereka kemudian memutuskan serius di jalur musik mereka dan mencari jalur untuk rekaman. Adalah Indra Q. yang berhasil menemukan Slank dengan Budhi Soesatio.
Setelah mendengar demo yang disodorkan, Budhi yakin musik Slank akan disukai. Apalagi mereka berani menampilkan warna musik yang berbeda. Dari pop, rock, sampai etnik. “Saya pikir grup ini bakal memiliki daya hidup yang lama”, tutur Budhi saat itu. Tak disangka album Suit-Suit… Hey Hey… (Gadis Sexy) yang menampilkan hits Memang dan Maafkan ini meledak. Bahkan dalam ajang BASF Award tahun 1991, mereka memperoleh predikat “Pendatang Baru Terbaik”.Sejak itu, jadwal manggung Slank sangat padat, tidak hanya sebatas Pulau Jawa dan Bali saja tapi juga dari Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi.
Fans Fanatik
Perkiraan Budhi Soesatio akan grup ini ternyata benar, pangsa pasar yang dibidik Slank tepat dan memiliki kefanatikan tersendiri. Lirik lagu mereka dianggap simbol dari pemberontakan generasi muda terhadap nilai-nilai kemapanan. Oleh karena itu, markas mereka di Jl. Potlot 14 sering disatroni para penggemar Slank atau akrab disebut Slankers.Tak hanya Slankers yang kerap datang ke tempat ini, tapi juga dari kalangan musisi. Tempat ini kemudian jadi seperti sebuah komunitas, karena dari tempat ini banyak lahir musisi-musisi muda. Alumnus gang Potlot antara lain Imanez, Anang, Kidnap Katrina, Alm. Andi Liani, Oppie Andaresta dan Flowers.
Sayang, formasi solid ini pun ternyata harus pecah. Pay, Bongky dan Indra memutuskan hengkang karena adanya ketidak puasan rehadap masalah manajemen. Ketiganya lantas bergabung dan membentuk band bip. Tiga personel baru, yakni Abdee (gitar), Ridho (gitar) dan Ivanka (bas) masuk mengisi kekosongan formasi Slank. Kehadiran mereka, bisa dibilang membawa perubahan besar bagi Slank. Selain lebih semangat bermusik, penampilan Slank pun mulai berubah. Bagi Bimbim dan Kaka, tiga personil baru ini membawa gairah yang baru.Dengan formasi baru (formasi 14) dan di bawah naungan Bunda Iffet, kini Slank telah melahirkan sembilan album. Setelah Lagi Sedih muncul Tujuh (1998), dan lalu Mata Hati Reformasi (1999).
Lima album pertama mereka adalah Suit Suit Hey Hey (1990), Kampungan (1991), Slank 3 (1993), Generasi Biru (1995), dan Minoritas (1996).
Album-album yang diproduksi sebagian besar oleh Virgo Ramayana Record dan Slank Records itu dilengkapi The Best Slank 1-5, A Mild Live (1999) dan VCD album 99+09. Seluruh album Slank laku di atas 200 ribu. Album Tujuh mencatat penjualan tertinggi, 600 ribu keping.
Predikat supergrup memang pantas mereka terima. Selain angka penjualan yang fantastis, Slank juga memiliki jumlah penggemar yang amat luas. Jumlah Slankers, penggemar fanatik Slank, mencapai jutaan orang. Mereka tersebar di 20 kota, bahkan ke beberapa negara.
Fans yang memegang kartu anggota saja ada sekitar 20 ribu orang. Malah, menurut Bens Leo, seorang pengamat musik, Slankers fanatik bisa mencapai 50 ribu.
“Slank kelak bakal jadi LSM dengan jumlah anggota yang besar,” kata Bimbim.
Komunitas Potlot juga melahirkan penyanyi dan musisi yang sukses. Mereka antara lain Oppie Andaresta, Anang, Imanez, Nita Tilana, Welly, Ecky Lamoh, dan tentu Pay, Indra Q, dan Bongky yang banyak mempromosikan grup baru
setelah cabut dari Slank usai album ke-5, Minoritas. Mereka kini mendirikan BIP, yang warna musiknya masih kental dengan warna Slank.
Boedi Soesatio bercerita, pertemuannya dengan Slank bermula ketika kepincut pada demo lagu yang dibawa oleh anak sahabatnya, Yudho (suami Titi Qadarsih) pada 1989.
Bagi pembuat logo dan sampul kaset itu, lagu yang dibawa oleh Indra Qadarsih itu ibarat mutiara yang belum digosok.
“Mereka membawa pembaruan di blantika musik rock Indonesia lewat lirik yang apa adanya,” tutur Boedi.
Apalagi, Boedi menilai, saat itu pasar kaset sedang jenuh. Pop cengeng juga sudah jenuh. Inilah momentum. Kebetulan pembuat sampul album Nike Ardila itu juga tak asing dengan Pay, yang pernah kerja bareng.
Strategi pun digarap. Boedi dan anggota Slank – Bimbim, Kaka, Pay, Bongky, dan Indra – menyatukan pendapat. “Kami sepakat untuk tidak sepakat.”
Mereka beradu argumen setelah lagu selesai digarap. Salah satu hasilnya adalah lirik lagu yang dinilai agak jorok agar diganti, seperti lagu Kupu-kupu Malamku menjadi Maafkan. Setiap personel Slank dinilai memiliki musikalitas yang tinggi.
“Soal menyanyi, fals sedikit boleh-boleh saja daripada harus mematuhi patron yang tepat,” katanya.
Bimbim kuat karena memiliki touch Rolling Stones. “Indra, Bongky, dan Pay meski nggak nge-Stones, punya peran yang tak kalah kuat. Indra memberi renda, begitu pula Bongky. Pay yang memberi kancingnya,” katanya.
Inti dari kekuatan Slank, menurut Boedi, adalah pada cara ungkap lirik dan tema yang mereka tawarkan sangat akrab dengan lingkungan sehari-hari. Hit-hit seperti Maafkan, Mawar Merah, Makan Nggak Makan Asal Kumpul, Orkes Sakit Hati, Bang Bang Tut, Nagih, Naik-naik ke Puncak Gunung, Tong Kosong, Siapa yang Salah, Balikin, bertutur tentang kehidupan sehari-hari yang apa adanya.
“Mereka bisa menjadi corong dan mewakili anak muda. Mereka bakal menjadi perwakilan unek-unek. Slank bakal menjadi gaya hidup,” ujar Boedi.
Dengan sejumlah kekuatan yang dimiliki Slank, slogan Slank adalah anak muda yang slenge’an, tapi punya sikap pun ditawarkan. Logo pun dibuat maskulin, yakni kupu-kupu besi dengan desain warna biru sebagai ikon.
Karena diprediksi bahwa Slank bakal menjadi gaya hidup, mereka menyebarkan angket, meluncurkan stiker, pin, kaos, rantai, sekaligus untuk memelihara fans. Inilah yang akhirnya melahirkan Pulau Biru. Wadah manajemen Slank, yang sekarang dipegang oleh Bunda Iffet Sidharta.
Slank kemudian terbukti menjadi gaya hidup. Para Slankers meniru habis penampilan Slank. Kaos ketat yang ngatung. Dompet di saku kanan belakang yang terikat rantai ke pinggang. Kalung dengan liontin logo Slank berbentuk kupu-kupu.

 
© Copyright 2035 DURASI KOSONG
Theme by Yusuf Fikri